Dear Jane,
I came back at dawn ( 5:30 am Malaysian Time) on Sunday, the 29th Disember 2007, the flight by Saudi Arabia Air from Jeddah had been delayed for 10 hours. My beloved Dad and family members waited for me patiently at the KLIA. Immediately when we reached home, a small thanks giving feast (called kenduri in bahasa melayu) for immediate family members and neighbours was held at my Dad's place at Teluk Intan, Perak (one and a half hours journey drive from Ipoh). I still had a bad cough since three weeks ago so I decided to take another day rest at my Dad's place to allow the rest of my family members to visit me. Drove to Ipoh with my car loaded with my 46 days belonging, yesterday. I took almost one whole day to get "acquainted again" with my "slumber zone" that I have missed for sooooooo long! When I opened my 2, 900 ++ emails, after mid night yesterday or rather this morning, your ecard was top of the list....thank you for keeping in touch, for the gesture and the most important thing is you still remember me.
Hope life treating you very well. Please tell me more on your daily experiences. About your studies and your community activities in Beijing, I just love to learn about it.
Allow me to share some of my wonderful,fantastic and beyond words explanation. ... life experience for the past more than a month or so.
My spiritual journey was so demanding and very hectic. It was a balanced of physical, mental, spiritual and emotional strength. On top of that, one also need to be well read or equipt with some knowledge of what one need to do, suppose to do and have to be compliance with the teaching of prophet Muhammad (May peace and blessing of Allah be upon him) as inspired by Allah through His revelation/Qur' anic teaching. I had done my best to maximise the activities and enjoyed my stay at the two sacred cities namely Madinah Al Munawarrah ( Madinah, The City of Light) , the chosen city and the burial place of our beloved prophet Muhammad ( May peace and blessing of Allah be upon him) and Makkah Al Mukarramah (Makkah, The Sacred City), the city built by the prophet Ibrahim (Abraham) and his son, prophet Ismail (Eshmael), may peace and blessing of Allah be upon both of them. Prilgrimage in Islam or Haj activities are more practical physical activities and very personal in nature. It is a matter between you and Al Mighty Allah. Nobody knows...just you and Allah! So sincerity and accountability are very crucial in your presentation of good deeds. The whole journey gave you an experience of how Islam was first established by doing a series of well planned and systematic physical activities at the historical place/sides. By doing so, one have to do a lot of reflection and repentence (seeking forgiveness of your sins...either your are aware or unaware of it). Most of the time I cried out of happiness (for given the chance by Allah to experience this spiritual journey this time round), fear ( that the possibility Allah don't accept all my good deeds and repentence of all my sins) and hope (that Allah listens to all my prayers, accept all my good deeds including the haj activities and rewarded me accordingly after that) as you feel so dwafted, humbled and very near to Allah in these two holy cities (even though you feel the present of god everywhere).
When I first saw the ka'abah, the oldest sacred sanctuary on earth, the reference point of prayer ( called kiblat) for every muslim....The first encounter with the ka'abah...it was just like meeting someone that you never meet before, you adhore that someone every moment of your life from far but dying to meet that someone...now that someone is just right in front of you..., Jane!..how do you describe yourself at that particular moment?! It was a mix feeling...joy, happiness, sad, greatful etc etc. Ka'abah is just a cubical construction with nothing inside, just three main pillars but which there is historical record as The Qur'an says,
" Most surely the first house appointed for men is the one at Bakkah (Mecca), blessed and a guidance fot the nations." ( Ali Imran: verse 96)
" And when Abraham and Ishmael raised the foundations of the House: Our Lord! accept from us; surely Thou art the Hearing, the Knowing," (Al Baqarah: verse 127)
Ka'abah is the symbol of unity, the manifestation of the oneness of god and reflects the beauty and the universality of Islam as The way of life. Muslim from eveywhere, poor or rich, white or coloured, all type of physical sizes, speaks different kind of languages ( some of the languages are alien to you and yet you understand the gesture...), raised from different communities, from all walks of life.. prays the same ways, prostrate to Allah...The Compassionate, The Merciful,The All Aware and The Forgiving, at the same range of time, facing the ka'abah alone...be it from the city of Makkah or from anywhere on earth.
Jane.... 2008 and beyond ( till the time I am call to meet Allah The Al Mighty..) is always going to be very special. I will try my best within my ability and capability to be a good muslim @ practicing muslim, to be good to everyone regardless who there are..only Allah knows what promised I have made to Him at The Arafat Valley on the 18th Disember 2007 as the starting day of the Haj activities.. .may Allah help me and guide me always.... to fulfill my promise to him...ameen.
Happy New Year Jane, ...Lets together make a new start, a new chapter, a new beginning, forget the BAD and cherish the GOOD. Please send my warmest Happy New Year greeting to your parents too. Do keep in touch.
Love,
Hayati Haji Sidek @ Yatty
Semerbak Kasturi
"Sesungguhnya orang-orang berbakti benar-benar berada di dalam (syurga yang penuh) kenikmatan, mereka (duduk) di atas dipan-dipan melepas pandangan. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni(tidak memabukkan)yang tempatnya masih dilak (disegel), laknya dari KASTURI. Dan yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.
(Al-Mutaffifin: 22 - 27)
(Al-Mutaffifin: 22 - 27)
BINA HARAPAN MALAYSIA
Wednesday, 20 October 2010
Monday, 11 October 2010
Tak Pandai Bercakap...
Di bulan Syawal yang lalu, saya mengambil peluang untuk menemani abah yang sedang dirawat di Klinik Radioterapi dan Onkologi, Hospital Kuala Lumpur. Abah perlu menjalani 20 kitaran radioterapi sebagai ikhtiar untuk membunuh sel-sel kanser di prostatnya. Alhamdulillah, hasil CT Scan menunjukkan sel-sel kanser, tidak dapat di kesan di dalam tulang. Sel kanser prostat tidak agresif dan lambat "membiak" jika dibandingkan dengan sel kanser pada organ lain, khususnya di bahagian abdomen ke atas. Di tambah pula dengan faktor keturunan (Ayahnda abah meninggal di usia 90-an tahun) dan sikap positif serta keterbukaan minda abah, telah menekan sebarang environmen berasid (yang digalakkan oleh sifat negatif dan kemurungan)yang amat digemari sel kanser, menjadi penyebab-penyebab utama abah kelihatan sihat dan bersemangat tinggi, alhamdulillah.
Di hujung minggu, saya memohon cuti rehat khas, mengutamakan untuk bersama abah daripada meraikan bertali arus nya majlis "open house" hari Raya Eidul Fitri di Institut Pendidikan Guru, Kampus Ipoh khususnya pada setiap hari sabtu, hari kuliah ganti. Jalan raya di Kuala Lumpur pula turut sesak teruk kerana keghairahan para penghuni nya menyambut hari raya. Pada satu ketika, saya terpaksa menggunakan perkhidmatan komuter dan teksi untuk menziarahi abah, "merehatkan" Bilal di rumah seorang sahabat supaya tidak terperangkap dalam kesesakan lalu lintas.
Masa berharga mendampingi abah, saya manfaatkan untuk solat berjamaah dan berinteraksi ilmiah dengan seorang ayah yang kaya dengan pengalaman dan kebijaksanaan / hikmah (wisdom). Abah bukan seorang profesor, berpendidikan hanya di darjah enam sahaja, tetapi cara beliau berfikir dan bertindak persis seorang bitara. Syahdu dan terharu sungguh apabila mengenangkan detik-detik perkongsian antara seorang ayah dan anak ini. Lazimnya perbualan kami bermula selepas waktu makan.
Abah berpesan. Berhati-hatilah menuturkan kata-kata. Kadang kala, kita tidak pandai "bercakap" dan lebih dituntut pada masa itu untuk berdiam diri daripada menghamburkan kata-kata yang kurang enak pada pendengaran. Insiden seorang "sister" yang menyelia di wad tempat abah menginap, contoh-contoh tingkah laku anak-anak, menantu dan pengamatan beliau, dijadikan iktibar.
Saya akui kebenaran kata-kata abah. Banyak manfaatnya diam daripada berkata-kata yang tidak mendatangkan apa-apa faedah. Walaupun kita tidak harus putus untuk berkata benar dan menegur kemungkaran, kita tidak "play safe" semata-mata kerana ingin meraih populariti di kalangan manusia. Perbendaharaan kata saya, hanya akan bertambah sekiranya saya di "provoke". Mereka yang mengetahui, sewenang-wenangnya menggunakan keadaan ini untuk merangsang supaya saya marah dan gembira apabila saya diaibkan. Dalam banyak keadaan, mereka kecewa. Sungguh, jiwa mereka memerlukan rawatan segera.
"Allah tidak menyukai ucapan buruk, dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan, maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. (Surah An-Nisa': 148-149)
“Tidak akan lurus keimanan seorang hamba, sehingga lurus pula hatinya, dan tidak akan lurus hatinya, sehingga lurus pula lidahnya. Dan seorang hamba tidak akan memasuki syurga, selagi tetangganya belum aman dari kejahatannya.”- Al hadis
“Seseorang itu akan bercakap-cakap dengan kata-kata yang diredhai oleh Allah, dia tiada menyangka bahwa kata-kata itu akan menyampaikannya ke suatu tingkat yang tertentu, maka dicatitkan oleh Allah kata-kata itu mendapat keredhaanNya hingga ke Hari Kiamat. Dan seorang lain akan bercakap-cakap dengan kata-kata yang dimurkai oleh Allah, dia tiada menyangka bahwa kata-kata itu akan menyampaikannya ke suatu tingkat yang tertentu, maka dicatitkan oleh Allah dengan kata-kata itu kemurkaanNya ke atas orang itu hingga ke Hari Kiamat.” - Al hadis
“Barangsiapa yang memelihara lidahnya, Allah akan menutup kecelaannya. Barangsiapa yang menahan kemarahannya, Allah akan melindunginya dari siksaNya. Dan barangsiapa yang menyatakan keuzurannya kepada Allah, Allah akan menerima uzurnya”. - Al hadis
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka berkatalah yang baik ataupun berdiam saja” - Al hadis
“Jangan kamu sekalian duduk bersama-sama mereka, sehingga mereka mula dengan perbicaraan yang lain, kalau tidak tentulah kamu sekalian serupa dengan mereka.” (An-Nisa’: 140)
Allahu 'alam. Sekadar satu perkongsian, semoga bermanfaat. Semoga Allah terus menerus membimbing kita serta melimpahkan kekuatan kepada kita untuk beramal dengan nya, amin.
Di hujung minggu, saya memohon cuti rehat khas, mengutamakan untuk bersama abah daripada meraikan bertali arus nya majlis "open house" hari Raya Eidul Fitri di Institut Pendidikan Guru, Kampus Ipoh khususnya pada setiap hari sabtu, hari kuliah ganti. Jalan raya di Kuala Lumpur pula turut sesak teruk kerana keghairahan para penghuni nya menyambut hari raya. Pada satu ketika, saya terpaksa menggunakan perkhidmatan komuter dan teksi untuk menziarahi abah, "merehatkan" Bilal di rumah seorang sahabat supaya tidak terperangkap dalam kesesakan lalu lintas.
Masa berharga mendampingi abah, saya manfaatkan untuk solat berjamaah dan berinteraksi ilmiah dengan seorang ayah yang kaya dengan pengalaman dan kebijaksanaan / hikmah (wisdom). Abah bukan seorang profesor, berpendidikan hanya di darjah enam sahaja, tetapi cara beliau berfikir dan bertindak persis seorang bitara. Syahdu dan terharu sungguh apabila mengenangkan detik-detik perkongsian antara seorang ayah dan anak ini. Lazimnya perbualan kami bermula selepas waktu makan.
Abah berpesan. Berhati-hatilah menuturkan kata-kata. Kadang kala, kita tidak pandai "bercakap" dan lebih dituntut pada masa itu untuk berdiam diri daripada menghamburkan kata-kata yang kurang enak pada pendengaran. Insiden seorang "sister" yang menyelia di wad tempat abah menginap, contoh-contoh tingkah laku anak-anak, menantu dan pengamatan beliau, dijadikan iktibar.
Saya akui kebenaran kata-kata abah. Banyak manfaatnya diam daripada berkata-kata yang tidak mendatangkan apa-apa faedah. Walaupun kita tidak harus putus untuk berkata benar dan menegur kemungkaran, kita tidak "play safe" semata-mata kerana ingin meraih populariti di kalangan manusia. Perbendaharaan kata saya, hanya akan bertambah sekiranya saya di "provoke". Mereka yang mengetahui, sewenang-wenangnya menggunakan keadaan ini untuk merangsang supaya saya marah dan gembira apabila saya diaibkan. Dalam banyak keadaan, mereka kecewa. Sungguh, jiwa mereka memerlukan rawatan segera.
"Allah tidak menyukai ucapan buruk, dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan, maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. (Surah An-Nisa': 148-149)
“Tidak akan lurus keimanan seorang hamba, sehingga lurus pula hatinya, dan tidak akan lurus hatinya, sehingga lurus pula lidahnya. Dan seorang hamba tidak akan memasuki syurga, selagi tetangganya belum aman dari kejahatannya.”- Al hadis
“Seseorang itu akan bercakap-cakap dengan kata-kata yang diredhai oleh Allah, dia tiada menyangka bahwa kata-kata itu akan menyampaikannya ke suatu tingkat yang tertentu, maka dicatitkan oleh Allah kata-kata itu mendapat keredhaanNya hingga ke Hari Kiamat. Dan seorang lain akan bercakap-cakap dengan kata-kata yang dimurkai oleh Allah, dia tiada menyangka bahwa kata-kata itu akan menyampaikannya ke suatu tingkat yang tertentu, maka dicatitkan oleh Allah dengan kata-kata itu kemurkaanNya ke atas orang itu hingga ke Hari Kiamat.” - Al hadis
“Barangsiapa yang memelihara lidahnya, Allah akan menutup kecelaannya. Barangsiapa yang menahan kemarahannya, Allah akan melindunginya dari siksaNya. Dan barangsiapa yang menyatakan keuzurannya kepada Allah, Allah akan menerima uzurnya”. - Al hadis
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka berkatalah yang baik ataupun berdiam saja” - Al hadis
“Jangan kamu sekalian duduk bersama-sama mereka, sehingga mereka mula dengan perbicaraan yang lain, kalau tidak tentulah kamu sekalian serupa dengan mereka.” (An-Nisa’: 140)
Allahu 'alam. Sekadar satu perkongsian, semoga bermanfaat. Semoga Allah terus menerus membimbing kita serta melimpahkan kekuatan kepada kita untuk beramal dengan nya, amin.
Subscribe to:
Posts (Atom)