Banyak perkara yang berlaku pada diri saya sejak akhir-akhir ini, memaksa diri saya untuk melakukan refleksi. Betapa rapuh nya kehidupan di dunia yang fana, meniti usia yang menghampiri usia senja dengan kehadiran kedua orang tua saya yang semakin dimamah usia, disertai dengan kelemahan pendengaran dan daya ingatan, sudah cukup menginsafkan saya. Yang pasti, kedua-duanya sungguh menyatuni saya, memerlukan saya sebagai teman untuk berbicara dan mengadu hal. Memandang wajah mereka bagaikan memandang Ka'abah di Masjidil Haram, Makkah. Pandangan yang dipenuhi dengan pengharapan dan kesyahduan. Semakin dipandang kedutan-kedutan di muka mereka, semakin bertambah rasa belas dan semakin menebal kasih sayang terhadap mereka. Alhamdulillah, Allah menghiburkan saya dengan saat-saat bahagia bersama mereka bagi menggantikan detik-detik bersama kami yang telah lupus. Tidak tertahan air mata untuk mengalir apabila mereka mengucapkan terima kasih terhadap layanan saya yang tidak seberapa kepada mereka, pada hal, saya lah yang sepatutnya yang mengungkapkan setinggi-tinggi penghargaan kepada mereka.
Saya harus sentiasa kuat semangat dan fizikal supaya dapat terus berbakti kepada kedua orang tua saya, semasa peluang dan ruang masih ada. Saya lemparkan jauh-jauh perkara yang berpotensi untuk mengganggu ketenteraman jiwa dan fikiran saya. Saya kembalikan segala urusan tersebut kepada Allah kerana saya insan yang tidak sempurna dan letih untuk berhujjah tentang kesempurnaan, yang akhir nya hanya akan mempamerkan keaiban diri. Saya tidak ingin membazirkan usia yang semakin singkat dengan kesedihan yang melampau, masih banyak lagi tugasan yang belum selesai yang menuntut kepada kesempurnaan. Semoga Allah permudahkan segala urusan dan memimpin segala tindakan saya, mereka yang saya kasihi, mereka yang mengasihi saya serta mereka yang melakukan kebaikan kepada saya, amin
Semester kedua bagi tahun akademik 2010 ini, saya diamanahkan lagi untuk mengajar subjek generik: "Thinking Skills" kepada tiga kumpulan pelajar baru bagi program persediaan Ijazah Sarjana Muda Perguruan (PPISMP), TESL. Perbincangan dalam kuliah pertama saya pagi tadi untuk unit K13, berdasarkan puisi Inggeris terbaik pada satu ketika dulu yang bertajuk "THE MAN WHO THINKS HE CAN". Berlaku perbezaan pandangan terhadap satu isu yang membuatkan saya meminta pelajar untuk mengundi. Jumlah pelajar ialah 20 orang, 18 setuju, seorang tidak setuju dan setelah tiga kali saya mohon pelajar mengulangi undian, jumlah yang mengangkat tangan tetap 19. Akhirnya pelajar-pelajar unit tersebut memperkenalkan kepada saya rakan mereka, Nor Umairah yang cacat kedua tangan nya. Saya jadi terkedu seketika. Nor Umairah kelihatan normal berbaju kurung tetapi tangan nya tidak kelihatan apabila dia memperlihatkan lengan bajunya. Saya pun bertanya kepada kelas, siapakah yang membantu Nor Umairah mengambil nota? Mereka menjawab persoalan saya sambil disambut dengan senyuman manis daripada Nor Umairah yang sedang menulis dengan jari kakinya. MasyaAllah, tidak lah Allah jadikan sesuatu itu dengan sia-sia. Terus saya fokus pada Nor Umairah dan berseru, "Nor Umairah, anda merupakan pelajar yang memiliki kelainan upaya, OKU-orang kelainan upaya, yang kekurangan anggota fizikal tetapi cerdas mental"
Maha suci Allah..."Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (Ar-Rahman:13)
"THE MAN WHO THINKS HE CAN"
by Walter D. Wintle
If you think you are beaten, you are;
If you think you dare not, you don't.
If you'd like to win, but think you can't
It's almost a cinch you won't.
If you think you'll lose, you've lost,
For out in the world we find
Success beings with a fellow's will;
It's all in the state of mind.
If you think you're outclassed, you are:
You've got to think high to rise.
You've got to be sure of yourself before
You can ever win a prize.
Life's battles don't always go
To the stronger or faster man,
But soon or late the man who wins
Is the man who thinks he can.
Allahu 'alam, moga bermanfaat.